Uncategorized

Cinta dalam Sebuah Laci

Cinta adalah teka-teki yang tersimpan dalam sebuah laci

Itu katamu pada suatu September ketika langit pecah dan awan tiba-tiba beku

Boneka beruang berwarna cokelat itu masih saja kau elus setiap malam, saat mimpi buruk berubah menjadi kepedihan

September kelam, cinta runyam, dan rindu yang menerlantarkan sepi

Tapi, di dadaku namamu terus datang bertubi-tubi. Karena angin mungkin mengabarkan kita pada ketulusuan

Ketulusan yang kau ibaratkan seperti merkuri dalam setiap gugusan hujan

Rindu adalah sepotong es batu yang dicampur jeruk asam lalu aku meneguknya ketika terik membakar Jakarta

Ya, kota itu kini menasbihkan kita pada jarak yang semakin dekat. Hanya dengan menunggangi kereta murah, kita bisa saja bersidekap dalam ruang bisu. Ruang gelap yang terus kita rindukan

Lalu di pertengahan November, musim berganti. Dan selalu saja kita terus mencecap sunyi dan kebisuan kata, terkadang, ya memang terkadang malam mendadak berubah menjadi benci

Kita terhempas pada kubangan waktu
Dan mungkin saja jarak yang dekat

Tapi cinta masih lekas bersembunyi dalam sebuah laci

Katamu

16/11/2013

Uncategorized

Termakan Cemburu

Hari ini kenapa saya sangat cemburu sama dia. Awalnya saat ngetik berita buat dotcom, aku tanya dia “lagi apa?” Dia jawab lagi mau jalan-jalan. Katanya jalan nganterin barang sama temen sepekerjaannya. Sampai kirim fotonya segala, cowok.

Sebetulnya gak usah kirim foto segala. Toh saya cuma nanya jalan sama siapa. Tapi saya menangkap ada yang berbeda. Dan, mungkin karena saya panik, saya jadi berpikiran ke mana-mana. Tapi biarlah, saya percaya dia jalan sama temennya. Lagian hari libur juga.

Sabtu, 9 November 2013 sebetulnya saya niatkan buat seharian menulis laporan yang belum aku buat. Tetapi mendadak karena hal sepele itu mood jadi berubah. Pikiran terus mengawang-ngawang. Saya sendiri malas bawel nanya ini-itu.

Selang beberapa jam, dia bbm. “Aa di kosan aja?” Katanya. “Mau ke IBF,” jawab saya. Dan entah kenapa dia langsung menjawab dengan nada panik, dan lagi-lagi ini mungkin saya terlalu suudzon. “Kapan? Ktm disana ya. Macet bgt lah ini mau ke k kramat pulo… Rrrgh. Kirain ada liputan,” katanya lagi.

Tapi entah kenapa saya malas dan urungkan niat untuk ke IBF (Indonesian Book Fair) di Senayan. Jadinya, menulis gak ada satupun yang kelar. Cuma nonton seharian saja film yang ada di netbook.

Hingga dia menelpon sekitaran magrib untuk datang ke senayan. Tapi tetep saya malas untuk beranjak. Sehabis sholat magrib, saya keluar mencari makan. Sesudah seharian perut belum terisi sama sekali. Saya ketemu Galih, temen di Bisnis Indonesia wartawan IT tengah memesan nasi goreng. Dan saya sekalian pesan sebungkus mie goreng.

Saya menawarkan diri untuk menyantap makanan di kosannya. Dan entah kenapa sejak sore blackberry tiba-tiba ngadat. Jaringan hilang, hanya muncul SOS saja. Meskipun sebelumnya ponsel pintar ini suka restart sendiri. Hingga beberapa kali saya bongkar pasang sim card.

Dan, sekitar pukul sembilan malam, ternyata BB sudah kembali muncul sinyal. Dua BBM masuk dari dia. “Di mana?” Katanya. “Di kosan,” jawab saya.

“Gak ketemu dulu?”
“Skrg dmn?”
“Stasiun sudirman”
“Minggu depan aja ya ketemunya”
“Knp sih? Aa jahat bgt….”
“Gpp lg ga mood aja”
“Bentar aja. Aku udah terlanjur ngomong kalo ga ktm skrg ga mau ktm a lg” “Yaudah tunggu bentar”

Setelah makan, dan sebelumnya berbincang tentang pekerjaan sama Yodie dan Amri, yang sama-sama satu kosan sama galih. Saya minta Yodie untuk mengantar ke Stasiun Karet. Saya benar-benar tidak menyangka jika dia pulang ke Depok naik KRL. Karena, sebelumnya dia pergi bersama anak Kobam.

Hingga akhirnya saya temui dia sedang berkaca-kaca kecapekan. Dia menunggu saya dari magrib. Sampai-sampai dia berjalan kaki hingga ke suatu tempat. Jujur, saya benar-benar menyesal dan merasa bersalah dengan kejadian hari ini. Saya merasa bodoh karena terlalu suudzon dan berpikir yang tidak-tidak.

Entah apa yang dia rasakan ketika saya mencampakan dirinya. Sampai, ketika kami berdua bertemu pun tak ada komunikasi. Saya kikuk dan merasa sangat bersalah. Yang paling fatal, dia sms sebelumnya beberapa ke nomor axis. Dan saya tidak membacanya.

Maaf, sayang… Ini benar-benar kesalahan fatal.